Rabu, 18 April 2018

Diet Tinggi kalori Tinggi Protein, Diet Rendah Kalori & Diet Rendah Garam


MAKALAH GIZI & DIET


“DIET  TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN, DIET RENDAH KALORI & DIET RENDAH GARAM”



 Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah- Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Gizi & Diet dengan judul ”Diet  Tinggi Kalori Tinggi Protein, Diet Rendah Kalori & Diet Rendah Garam”.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan . Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan kesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah gizi dan diet yang kami harapkan sebagai pengoreksi untuk kami.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri dan khususnya pembaca.

                                                                                                           Sampit, April 2018

Penyusun



Daftar Isi


Halaman Judul .....................................................................................................................  1
Kata Pengantar ....................................................................................................................   2
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ........................................................................................................   4
B.     Rumusan Masalah ...................................................................................................   4
C.     Tujuan .....................................................................................................................   4
BAB II PEMBAHASAN
A.    Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein ..........................................................................    5
B.     Diet Rendah Kalori .................................................................................................   6
C.     Diet Rendah Garam .................................................................................................  8
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .............................................................................................................  10
B.     Saran .......................................................................................................................  10
Daftar Pustaka ....................................................................................................................  11



                                             
BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal individu atau keyakinan yang dianut masyarakat tertentu. Walaupun manusia pada dasarnya adalah omnivora, suatu kelompok masyarakat biasanya memiliki preferensi atau pantangan terhadap beberapa jenis makanan. Oleh karena itulah kata”diet” tidak bisa digeneralisasi sebagai “tidak makan”. Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan gizi untuk pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.
Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada sistem pencernaan. Gangguan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran cerna. Jika seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada langkah rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan diet sehat.

B.            Rumusan Masalah
1.        Bagaimanakah diet tinggi kalori tinggi protein?
2.        Bagaimanakah diet rendah kalori?
3.        Bagimanakah diet rendah garam?

C.           Tujuan
1.        Mengetahui bagaimana diet rendah kalori rendah protein
2.        Mengetahui bagaimana diet rendah kalori
3.        Mengetahui bagaimana diet rendah garam




BAB II
PEMBAHASAN


A.           Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
Diet TKTP adalah pengaturan jumlah protein dan kalori serta jenis zat makanan yang dimakan disetiap hari agar tubuh tetap sehat.
1.             Pentingnya Kalori dan Protein Bagi Tubuh
Tubuh kita terdiri dari zat-zat yang berasal dari makanan. Zat-zat tersebut disebut zat gizi. Yang merupakan zat gizi, yaitu : protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.  Kegunaan dari zat gizi tersebut bagi tubuh kita, yaitu sebagai sumber zat tenaga, sumber zat pengatur, dan zat pembangun bagi kebutuhan gizi seseorang.
a.    Bahan makanan sumber zat tenaga yang berguna untuk menghasilkan tenaga, sehingga kita dapat beraktivitas.
b.    Zat pembangun yang berguna untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh. Zat pembangun (protein) berperanan sangat penting untuk perkembangan kualitas tingkat kecerdasan seseorang.
c.    Zat pengatur yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh. Bahan makanan sumber pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan, bahan makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral.

2.       Tujuan Diet TKTP
a.    Memberikan makanan secukupnya atau lebih dari pada biasa untuk memenuhi kebutuhan protein dan kalori.
b.    Menambah berat badan hingga mencapai normal.
c.    Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan.

3.      Syarat Diet TKTP
a.    Tinggi Energi
b.    Tinggi Protein
c.    Cukup mineral dan Vitamin
d.    Mudah dicerna
e.    Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan darurat
f.    Makanan yang dapat mengurangi nafsu makan dihindari.
4.      Indikasi Pemberian diet TKTP
a.    Malnutrisi, defisiensi kalori, protein, anemia, kwashiorkor.
b.    Sebelum dan sesudah operasi.
c.    Baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi atau penyakit berlangsung lama.
d.    Trauma perdarahan.
e.     Infeksi saluran pernafasan

5.      Bahan Makanan Yang Termasuk Diet TKTP
a.       Bahan makanan sumber protein
-        Sumber protein hewani : ayam, daging, hati, ikan, telur, susu, keju.
-        Sumber protein nabati : kacang-kacangan.

b.      Bahan makanan sumber kalori.
-        Sumber hidrat arang : beras, jagung, ubi singkong, roti, kentang, mie, tepung.
-        Sumber lemak : minyak goreng, mentega.


B.            Diet Rendah Kalori

Diet Rendah Kalori adalah diet untuk penurunan berat badan berdasarkan gagasan bahwa makanan rendah kalori cukup sulit dikunyah dan/atau dicerna sehingga lebih banyak membakar kalori selama proses makan dan pencernaan berlangsung dari pada yang terkandung dalam makanan.

1.             Manfaatnya Diet Rendah Kalori

a.         Dengan menjalankan Diet Rendah Kalori berikut secara ketat, memungkinkan bagi kita untuk dapat menurunkan berat badan dalam jumlah besar dengan sangat cepat hingga 6 kg dalam tujuh hari.
b.        Buah dan sayuran dalam daftar Diet Rendah Kalori menyediakan banyak gizi makanan, termasuk vitamin dan mineral, yang penting untuk kesehatan dan dapat membantu menurunkan berat badan sebagai bagian dari diet yang sehat dan seimbang.
c.         Makanan berserat tinggi memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna dan membuat kekenyangan, sehingga pelaku diet dapat merasa kenyang lebih lama walaupun mengkonsumsi kalori yang lebih sedikit.

2.             Risiko Dan Pencegahannya Diet Rendah Kalori

a.         Anda harus berkonsultasi dengan pakar kesehatan sebelum memulai program diet baru.
b.        Karena makanan yang disarankan kalorinya sangat rendah, maka asupan kalori hariannya bisa kurang dari 800 kalori. Diet tersebut biasanya hanya disarankan untuk mereka yang menghadapi risiko kesehatan serius dari obesitas dan hanya boleh diikuti di bawah pengawasan medis ketat.
c.         Diet rendah kalori sangat berisiko jika dilakukan dengan sangat membatasi makanan yang dapat dimakan. Mungkin sulit untuk mendapatkan vitamin dan mineral yang cukup bila memakan makanan secara terbatas. Meskipun buah dan sayuran adalah sumber gizi yang baik, makanan tersebut tidak cukup untuk menjaga kesehatan.
d.        Protein dan lemak diperlukan untuk menjaga kesehatan dan tidak termasuk dalam daftar makanan rendah kalori.
e.         Produk susu adalah sumber kalsium penting, namun bukan termasuk makanan bebas kalori. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan penyakit, misalnya osteoporosis dan rakhitis.
f.         Olahraga yang disertakan dalam diet bebas kalori tidak memenuhi rekomendasi minimum biasa.
Diet rendah kalori akan memperlambat proses pencernaan. Makanan rendah kalori menggunakan kalori lebih banyak selama proses pencernaan dari kalori yang terkandung dalam makanan itu sendiri. Dengan kalori tambahan yang diperlukan untuk mencerna diambil dari simpanan lemak, maka proses tersebut akan menghasilkan penurunan berat badan. Makanan ini juga terbukti meningkatkan metabolisme.
Makanan rendah kalori mencakup:
Apel, asparagus, bit, brokoli, kubis, seledri, cabai, bawang putih, jeruk bali, lemon, selada, jeruk, nanas, bayam, timun jepang.


C.           Diet Rendah Garam
Yang dimaksud dengan rendah garam disini bukan hanya garam dapur tetapi semua garam natrium yang terdapat pada makanan awetan dan makanan olahan. Garam dapur merupakan sumber utama natrium
1.             Tujuan Diet Rendah Garam
Membantu menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan tubuh/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi seperti yang ada pada penyakit jantung, ginjal, hati, kehamilan,dll.
2.             Syarat-Syarat Diet
a.         Cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin
b.        Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit.
c.         Menurut keadaan penyakit, garam dapur diberikan terbatas sekali atau bahkan sama sekali tidak diberikan
d.        Bahan makanan yang mengandung kadar natrium tinggi/dibatasi
3.             Bahan Makanan Yang Sebaiknya Dihindari
a.         Sumber karbohidrat : roti, biscuit, dan semua kue yang dibuat dengan garam dapur dan soda
b.        Sumber protein hewani : jeroan, keju, sarden, bahan makanan yang diawetkan dengan garam dapur seperti ikan asin, kornet, dendeng, abon, daging asap, ebi, ikan kaleng, telur asin
c.         Sumber protein nabati : pindakas dan semua kacang-kacangan yang dimasak dengan garam dapur
d.        Sayuran sayuran yang diawetkan dengan garam dapur : asinan, sawi asin, sayuran dalam kaleng, dll
e.         Lemak : margarine dan mentega biasa
f.         Bumbu : garam, baking powder, soda kue, MSG, kecap, terasi, tomato ketcup, petis, tauco, dll


4.             Makanan yang harus dibatasi :
a.         Susu maksimum 2 gelas sehari
b.        Telur maksimum 1 butir sehari
c.         Daging dan ikan, maksimum 100 gram sehari
5.             Makanan yang dibolehkan:
a.         Bumbu dapur
b.        Sayur dan buah-buahan
c.         Minyak Goreng
d.        Kacang-kacangan dan hasil olahannya
e.         Nasi atau bahan penukarnya
6.             Tips Diet Rendah Garam
a.         Makanan yang dikukus, ditumis, digoreng atau dipanggang akan lebih enak daripada makanan yang direbus
b.        Rasa tawar ada makanan dapat diperbaiki dengan pemakaian bumbu seperti : gila, cuka, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, laos, salam dan lain-lain.




BAB III
PENUTUP


A.           Kesimpulan
Diet tinggi kalori tinggi protein dapat menambah berat badan hingga mencapai normal dan mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan. Diet rendah kalori dengan menjalankan diet rendah kalori berikut secara ketat, memungkinkan bagi kita untuk dapat menurunkan berat badan dalam jumlah besar dengan sangat cepat, sedangkan diet rendah garam bisa dilakukan menurunkan tekanan darah pada hipertensi seperti yang ada pada penyakit jantung.

B.            Saran
Dalam melakukan diet tinggi kalori tinggi protein, diet rendah kalori, dan diet rendah garam diharapkan diperhatikan manfaat, tujuan dan cara diet darimasing-masing agar diet yang didapatkan sesuai keinginan.



















Daftar Pustaka


http://wahyuniliana.blogspot.co.id/2013/01/diet-tinggi-kalori-tinggi-protein-tktp.html

https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/diet-rendah-kalori-turun-berat-badan/

http://ardyanpradanaoo7.blogspot.co.id/2011/04/diet-tinggi-kalori-tinggi-protein.html

http://himagizi.lk.ipb.ac.id/2017/03/25/diet-etpt-energi-tinggi-protein-tinggi/



Selasa, 17 April 2018

TEKNIK, STRATEGI DAN PELAKSANAAN TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK


MAKALAH KOMUNIKASI

“ TEKNIK DAN STRATEGI PELAKSANAAN TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK “

Kelompok 4 :
1.       Afrilia Kartini
2.       Ellyanah Sari
3.         Yoga Prasetyo






AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
SAMPIT
2018


Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah- Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah komunikasi dengan judul “Teknik Dan Strategi Pelaksanaan Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik”. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri dan khususnya pembaca.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan . Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan kesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah komunikasi yang kami harapkan sebagai pengoreksi untuk kami.


Sampit, Maret 2018

Penyusun









Daftar Isi

Halaman Judul .........................................................................................................  1
Kata Pengantar .........................................................................................................  2
BAB I Pendahuluan
A.    Latar Belakang .......................................................................................  4
B.     Rumusan Masalah ..................................................................................  4
C.     Tujuan ....................................................................................................  4
BAB II Pembahasan
A.    Fase-Fase Komunikasi Terapeutik ........................................................   5
B.     Teknik dan Strategi Komunikasi Terapeutik .........................................  7
C.     Proses Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan .............................  11

BAB III Penutup
A.       Kesimpulan ...........................................................................................  13
B.       Saran .....................................................................................................  13
Daftar Pustaka .........................................................................................................  14








BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien. Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia. 
B.   Rumusan Masalah
1.        Apa fase-fase dalam melakukan komunikasi terapeutik?
2.        Apa teknik-teknik dari komunikasi terapeutik?
3.        Bagaimana proses komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
4.        Apa strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

C.    Tujuan Makalah
1.    Membekali perawat pada saat akan melekukan tindakan kepada pasien
2.    Agar perawat dan pasien terjalin komunikasi yang baik
3.    Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
4.    Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.          Fase-Fase Komunikasi Terapeutik
1.         Tahap Persiapan (Prainteraksi)
 Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga mencari informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien.
·                Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
a)             Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri. Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi yang akan dilakukan.
b)             Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraksi dengan klien. Misalnya seorang perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam membuka pembicaraan dengan klien dan membina hubungan saling percaya.
c)             Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien. Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas klien yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi.
d)            Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani, 2005).


2.       Tahap Perkenalan
Perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer dalam Suryani, 2005). Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini.

·                Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
a)             Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak. Karena itu, untuk mempertahankan atau membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai klien (Suryani, 2005).

b)             Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Pada saat merumuskan kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien terhadap kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap perawat karena karena klien menganggap perawat seperti dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Perawat perlu menekankan bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada pada diri klien sendiri (Suryani, 2005).

c)             Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini perawat mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga dapat mengidentifikasi masalah klien.

d)            Merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.

3.       Tahap Kerja
Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active listening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih.
4.       Tahap Terminasi
Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah ditentukan.Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan.
·                Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
a)             Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b)             Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
c)             Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
d)            Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.


B.          Teknik & Strategi komunikasi Terapeutik
1.         Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tehnik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Tehnik berikut sering digunakan pada tahap orientasi.
a.         Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif
Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya perawat sensitif terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan nonfasilitatif (nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan, bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
b.         Pertanyaan terbuka dan tertutup
Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat membutuhkan jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan terbuka, perawat mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya (Antai-Otong dalam Suryani, 2005). Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat membutuhkan jawaban yang singkat.
c.       Inapropriate quantity question
Inapropriate quantity question yaitu pertanyaan yang kurang baik dari sisi jumlah pertanyaan, yang mengakibatkan klien bingung dalam menjawab. Terlalu banyak pertanyaan merupakan tindakan yang tidak tepat karena menimbulkan kebingungan klien untuk menjawab (Long, L dalam Suryani, 2005).
d.      Inapropriate quality question
Inapropriate quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik diberikan pada klien dan biasanya dimulai dengan kata “why” (mengapa).
2.      Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi. Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima. Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien dengan penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong pembicaraan klien.

3.      Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien (Keliat, Budi Anna, 1992).

4.        Klarifikasi
Klarifikasi adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya. Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan klien, juga tidak boleh menambahkan informasi. Apabila perawat menginterpretasikan pembicaraan klien, maka penilaiannya akan berdasarkan pandangan dan perasaannya.

5.      Refleksi
Refleksi adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien.



6.      Memfokuskan
 Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan. Dengan demikian akan terhindar dari pembicaraan tanpa arah dan penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengguanakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah penting.

7.      Diam
Tehnik diam digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing. Tehnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan menghayati, memperlambat tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan dukungan, pengertian, dan penerimaannya.

8.      Memberi Informasi
 Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan klien. Informasi yang diberikan pada klien harus dapat memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan masalah.

9.      Menyimpulkan
 Menyimpulkan adalah tehnik komunikasi yang membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat-klien. Tehnik ini membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan.

10.    Mengubah Cara Pandang
 Tehnik mengubah cara pandang ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja. Tehnik ini sangat bermanfaan terutama ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya.


11.   Eksplorasi
  Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.

12.         Membagi Persepsi
   Membagi persepsi adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan antara respos verbal dan respons nonverbal klien.

13.     Mengidentifikasi Tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting. Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.

14.     Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Florence Nightingale dalam Anonymous (1999) dalam Suryani (2005) pernah mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi.

15.     Memberikan Pujian
Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Reniforcement bisa diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat nonverbal.








C.           Proses Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan
1.       Proses Komunikasi
a.    Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.
b.    Pengirim/ sumber/ encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan atau kelompok.
c.    Pesan/ berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi wajah.
d.   Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesan pada penerima/ sasaran.
e.    Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikan tersebut dituju.
f.     Umpan balik/ feed back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan.

2.       Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan.
a.            Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)
1)  Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.
2)  Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.
3)  Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
4)  Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
5)  Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai.
6)  Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang dibutuhkan.

b.   Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)
1)   Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.
2)   Sesi perencanaan tim kesehatan.
3)   Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.
4)   Membuat rujukan.


c.    Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)
1)   Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).
2)   Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
3)   Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
4)   Meningkatkan harga diri pasien.
5)   Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
6)   Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.

d.   Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)
1)   Memperkenalkan diri kepada pasien.
2)   Memulai interaksi dangan pasien.
3)   Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
4)   Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.
5)   Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.

e.    Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)
 1)   Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.
2)   Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
3)   Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.










BAB III
PENUTUP


A.     Kesimpulan
1.             Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
2.             Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

B.   Saran
1.        Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
2.        Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.
3.        Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika keperawatan.









Delami Ernawati, dkk 2009. Komunikasi keperawatan, Jakarta  : trans info media

Nurhasana N. 2010 . ilmu komunikasi dalam kontreks keperawatan, Jakarta : trans info media

Tyastuti siti , dkk . 2008 . komunikasi dan konelin dalam pelayanan kebidanan . Yogyakarta : fitramaya.

Machfoedz Mahmud, 2009. Komunikasi keperawatan ( komunikasi terapeutik) yogyakarta: ganbika

Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media


15 MANFAAT BUAH PLUM BAGI KESEHATAN

15 Manfaat Buah Plum Bagi Kesehatan Manfaat buah plum jarang diketahui oleh banyak orang, bahkan nama plum saja orang masih banyak yan...