MAKALAH KOMUNIKASI
Kelompok 4 :
1.
Afrilia Kartini
2.
Ellyanah Sari
3.
Yoga Prasetyo
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
SAMPIT
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah- Nya sehingga penyusunan makalah
ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata
kuliah komunikasi dengan judul “Teknik Dan Strategi Pelaksanaan Tahap-Tahap
Komunikasi Terapeutik”. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya
terhadap makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
sendiri dan khususnya pembaca.
Makalah ini kami susun
dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan
serta kekurangan . Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon
kritik, saran dan kesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata
kuliah komunikasi yang kami harapkan sebagai pengoreksi untuk kami.
Sampit, Maret 2018
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul
......................................................................................................... 1
Kata Pengantar
......................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan
A.
Latar Belakang
....................................................................................... 4
B.
Rumusan Masalah
.................................................................................. 4
C.
Tujuan
.................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan
A.
Fase-Fase
Komunikasi Terapeutik
........................................................ 5
B.
Teknik dan
Strategi Komunikasi Terapeutik ......................................... 7
C.
Proses Komunikasi Terapeutik dalam
Keperawatan .............................
11
BAB III Penutup
A.
Kesimpulan
........................................................................................... 13
B.
Saran
..................................................................................................... 13
Daftar Pustaka
......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan
atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien. Dalam pengertian lain
mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh
perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada klien. Komunikasi merupakan proses yang sangat
khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Perawat yang memiliki
ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan
citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting
adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama
manusia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa fase-fase dalam melakukan komunikasi terapeutik?
2.
Apa teknik-teknik dari komunikasi terapeutik?
3.
Bagaimana proses komunikasi terapeutik dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan
4.
Apa strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
C. Tujuan
Makalah
1. Membekali
perawat pada saat akan melekukan tindakan kepada pasien
2. Agar
perawat dan pasien terjalin komunikasi yang baik
3. Membantu
pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang
ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
4. Mengurangi
keraguan, membantu dalam hal
mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fase-Fase Komunikasi Terapeutik
1.
Tahap
Persiapan (Prainteraksi)
Pada tahap ini perawat menggali
perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini
perawat juga mencari informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang
strategi untuk pertemuan pertama dengan klien.
·
Tugas perawat pada tahap ini antara
lain:
a)
Mengeksplorasi perasaan, harapan,
dan kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan klien, perawat perlu mengkaji
perasaannya sendiri. Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi yang
akan dilakukan.
b)
Menganalisis kekuatan dan kelemanhan
sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan agar perawat mampu mengatasi
kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraksi dengan klien. Misalnya
seorang perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai pembicaraan dan
sensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan
perawat untuk memudahkannya dalam membuka pembicaraan dengan klien dan membina
hubungan saling percaya.
c)
Mengumpulkan data tentang klien.
Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan mengetahui informasi tentang
klien perawat bisa memahami klien. Paling tidak perawat bisa mengetahui
identitas klien yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi.
d)
Merencanakan pertemuan yang pertama
dengan klien. Perawat perlu merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Hal
yang direncanakan mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan dilakukan
untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani, 2005).
2. Tahap Perkenalan
Perawat harus memperkenalkan dirinya
terlebih dahulu kepada klien (Brammer dalam Suryani, 2005). Dengan memperkenalkan
dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan
akan mendorong klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap ini
adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan
keadaan klien saat ini.
·
Tugas perawat pada tahap ini antara
lain:
a)
Membina rasa saling percaya,
menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka. Hubungan saling percaya
merupakan kunci dari keberhasilan hubungan terapeutik (Stuart, G.W dalam
Suryani, 2005), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan
terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak. Karena itu, untuk mempertahankan
atau membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur,
ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai klien
(Suryani, 2005).
b)
Merumuskan kontrak pada klien
(Christina, dkk, 2002). Pada saat merumuskan kontrak perawat juga perlu
menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran perawat dan klien agar tidak
terjadi kesalah pahaman klien terhadap kehadiran perawat. Disamping itu juga
untuk menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap
perawat karena karena klien menganggap perawat seperti dewa penolong yang serba
bisa dan serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Perawat perlu menekankan
bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah
ada pada diri klien sendiri (Suryani, 2005).
c)
Menggali pikiran dan perasaan serta
mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini perawat mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat
mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga dapat
mengidentifikasi masalah klien.
d)
Merumuskan
tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama klien
karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini
dirumuskan setelah klien diidentifikasi.
3. Tahap Kerja
Pada tahap
ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong
klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Pada tahap ini perawat perlu
melakukan active listening karena tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan
untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active listening, perawat membantu
klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi
masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah
dipilih.
4. Tahap
Terminasi
Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir
dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi sementara, perawat akan
bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah ditentukan.Terminasi akhir terjadi
jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan.
·
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
a)
Mengevaluasi pencapaian tujuan dari
interaksi yang telah dilaksanakan. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh
terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar
mengulang atau menyimpulkan.
b)
Melakukan evaluasi subjektif.
Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat. Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan klien
setelah berinteraksi dengan perawat.
c)
Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi
yang telah dilakukan.
d)
Membuat kontrak untuk pertemuan
berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.
B.
Teknik & Strategi komunikasi Terapeutik
1. Bertanya
Bertanya
(questioning) merupakan tehnik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan dan pikirannya. Tehnik berikut sering digunakan pada tahap orientasi.
a. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif
Pertanyaan fasilitatif (facilitative
question) terjadi jika pada saat bertanya perawat sensitif terhadap pikiran dan
perasaan serta secara langsung berhubungan dengan masalah klien, sedangkan
pertanyaan nonfasilitatif (nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang
tidak efektif karena memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau
pembicaraan, bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien
(Gerald, D dalam Suryani, 2005).
b. Pertanyaan terbuka dan tertutup
Pertanyaan
terbuka (open question) digunakan apabila perawat membutuhkan jawaban yang
banyak dari klien. Dengan pertanyaan terbuka, perawat mampu mendorong klien
mengekspresikan dirinya (Antai-Otong dalam Suryani, 2005). Pertanyaan
tertutup (closed question) digunakan ketika perawat membutuhkan jawaban yang singkat.
c. Inapropriate quantity question
Inapropriate quantity question yaitu pertanyaan yang
kurang baik dari sisi jumlah pertanyaan, yang mengakibatkan klien bingung dalam
menjawab. Terlalu banyak pertanyaan merupakan tindakan yang tidak tepat karena
menimbulkan kebingungan klien untuk menjawab (Long, L dalam Suryani, 2005).
d. Inapropriate
quality question
Inapropriate quality question yaitu pertanyaan yang
tidak baik diberikan pada klien dan biasanya dimulai dengan kata “why”
(mengapa).
2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan
dasar utama dalam komunikasi. Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan
informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima. Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien
dengan penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak
memotong pembicaraan klien.
3. Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu
mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien
(Keliat, Budi Anna, 1992).
4.
Klarifikasi
Klarifikasi adalah
menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien
untuk menjelaskan arti dari ungkapannya. Pada saat klarifikasi, perawat tidak
boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan klien, juga tidak boleh
menambahkan informasi. Apabila perawat menginterpretasikan pembicaraan klien,
maka penilaiannya akan berdasarkan pandangan dan perasaannya.
5. Refleksi
Refleksi adalah
mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada
klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang
diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien.
6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi
kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien
pada pencapaian tujuan. Dengan demikian akan terhindar dari pembicaraan tanpa
arah dan penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
mengguanakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika
klien menyampaikan masalah penting.
7. Diam
Tehnik diam digunakan
untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan perawat.
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi
pikiran masing-masing. Tehnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir
dan menghayati, memperlambat tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan
dukungan, pengertian, dan penerimaannya.
8. Memberi Informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan
tindakan penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam
mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang
relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan klien. Informasi yang diberikan
pada klien harus dapat memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang
dihadapi klien serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan masalah.
9. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tehnik komunikasi yang
membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat-klien. Tehnik
ini membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat
mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali
komunikasi yang telah dilakukan.
10. Mengubah Cara Pandang
Tehnik mengubah cara pandang ini digunakan
untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau
masalah dari aspek negatifnya saja. Tehnik ini sangat bermanfaan terutama
ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari
sisi negatifnya.
11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih
dalam masalah yang dialami klien supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik
ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang
masalah yang dialami klien.
12. Membagi
Persepsi
Membagi persepsi adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat
rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau
melihat ada perbedaan antara respos verbal dan respons nonverbal klien.
13. Mengidentifikasi Tema
Perawat harus tanggap terhadap
cerita yang disampaikan klien dan harus mampu manangkap tema dari seluruh
pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali
masalah penting. Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk
memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.
14. Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi
dalam hubungan terapeutik. Florence Nightingale dalam Anonymous (1999) dalam
Suryani (2005) pernah mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik ditangani
dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta
menurunkan tekanan darah dan nadi.
15. Memberikan Pujian
Memberikan Pujian (reinforcement)
merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien ketika berinteraksi
dengan perawat. Reinforcement berguna untuk meningkatkan harga diri dan
menguatkan perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Reniforcement bisa
diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat nonverbal.
C.
Proses
Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan
1. Proses Komunikasi
a. Reference, stimulus yang
memotifasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dapat berupa
pengalaman, ide atau tindakan.
b. Pengirim/ sumber/ encorder,
disebut juga komunikator. Bisa perorangan atau kelompok.
c. Pesan/ berita, informasi
yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi wajah.
d. Media/ saluran, alat atau sarana
yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesan pada penerima/ sasaran.
e. Penerimaan/ sasaran/
decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikan tersebut dituju.
f. Umpan balik/ feed
back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan.
2. Komunikasi
Terapeutik dalam Perawatan.
a. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)
1) Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.
2) Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk
menentukan batas intervensi.
3) Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara
verbal.
4) Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
5) Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal
yang sesuai.
6) Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi
intervensi yang dibutuhkan.
b. Diagnosa keperawatan (Potter &
Perry, 1999)
1) Analisa tertulis dari penemuan
pengkajian.
2) Sesi perencanaan tim kesehatan.
3) Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan
metoda implementasi.
4) Membuat rujukan.
c. Rencana tujuan (Purwanto,
Heri,1994)
1) Rencana asuhan tertulis (Potter
& Perry, 1999).
2) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
3) Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang
pernah dirasakan.
4) Meningkatkan harga diri pasien.
5) Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
6) Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara
lebih terbuka.
d. Implementasi (Purwanto, Heri,
1994)
1) Memperkenalkan diri kepada pasien.
2) Memulai interaksi dangan pasien.
3) Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman
pribadinya.
4) Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaan kebutuhannya.
5) Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri
pasien.
e. Evaluasi (Purwanto, Heri,
1994)
1) Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam
mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.
2) Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan
berfokus pada masalah.
3) Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi
tingkat kecemasan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Kemampuan menerapkan teknik
komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan,
karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai,
waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat
melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
2.
Komunikasi juga akan memberikan
dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik
komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi
hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam
mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.
B. Saran
1.
Dalam melayani klien hendaknya
perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk mendapatkan persetujuan
tindakan yang akan di lakukan.
2.
Dalam berkomunikasi dengan klien
hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh klien sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.
3.
Dalam menjalankan profesinya
hendaknya perawat selalu memegang teguh etika keperawatan.
Delami Ernawati, dkk 2009. Komunikasi keperawatan, Jakarta :
trans info media
Nurhasana N. 2010 . ilmu komunikasi dalam kontreks keperawatan, Jakarta :
trans info media
Tyastuti siti , dkk . 2008 . komunikasi dan konelin dalam pelayanan kebidanan
. Yogyakarta : fitramaya.
Machfoedz Mahmud, 2009. Komunikasi keperawatan ( komunikasi
terapeutik) yogyakarta: ganbika
Dalami,Ermawati.2009. Buku
Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
Bagus sekali, nambah pengetahuan👍👍
BalasHapusiya, terima kasih
Hapus